.

.




 Fenomena akhir-akhir yang sedang hangat dan mulai memanas adalah akan diadakan nya ajang kontes kecantikan dunia, bahkan ajang ini sekarang telah terjadi. Ajang perhelatan ini memang selalu diadakan setiap tahun bergiliran di setiap negara yang ikut serta dan mengirimkan perwakilannya untuk mengikti ajang tersebut
. Ajang kecantikan yang bernama Miss World ini pertama kali diselenggarakan pada 1951 di Amerika. Dan tahun sekarang kebetulan ajang ini bertempat di negara yang mayoritas muslim, yaitu negara tercinta Indonesia. Sebenarnya ajang yang mempertontonkan kemolekan seorang perempuan seperti ini tidak hanya Miss World saja, tetapi juga ada Miss Universe, Miss Earth dan yang lainnya yang mempunyai tujuan yang berbeda. Dalam sambutannya panitia Miss World menyebutkan bahwa dalam ajang ini ada 3 unsur yang menjadi penilaiannya yaitu Brain, Behaivour dan Beauty. Di Indonesia sendiri pun ada ajang-ajang seperti yaitu Miss Indonesia, Putri Indonesia dan lainnya pula.
Namun jika kita melihat menurut persefektif islam, bahwa dalam QS. AN-Nur : 31
Telah jelas diutarakan makna dari ayat tersebut, bahwa seorang perempuan itu tidak boleh memperlihatkan auratnya kecuali hanya kepada orang-orang tertentu yang menjadi muhrim kita.
Nah dalam kajian yang diselenggarakn oleh Hima-Himi Persis UIN SGD Bandung kemarin pun kita mempunyai tema tentang Miss World sendiri. Dalam kajian kemarin kita banyak meninjau ajang ini dalam berbagai aspek, yaitu dari segi semantik yang merupakan bagian dari bahasa ini mempunyai tiga unsur, yaitu :
a.      Simbol, Jika kita melihat dan memperhatikan simbol atau ciri khas keyakinan-keyakinan tertentu  dari penyelenggaraan ajang ini, memang yang kurang sesuai dengan kebudayaan kita, yang berkiblat ke Timur. Sedangkan pagelaran ini dari dulu juga memang berkiblat ke Barat.
b.      Icon, Dari icon ajang ini memang ada kriteria atau standarisasi tertentu sebagai tolak ukur pandang manusia dalam penilaian nya. Dan hal ini serasa tidak manusiawi, kalau seorang perempuan harus di nilai kesempurnaan nya dari beberap aspek saja.
c.       Indeks, Yaitu mengetahui bahwa berbagai hal itu ada hubungan sebab akibat tertentu yang ditimbulkan dalam pagelaran ini. Dan memang kebanyakan akibat yang ditimbulkannya itu bersifat negatif.
Kemudian jika ditinjau dari segi kebudayaan, memang ada sedikit dampak positif yang dilahirkan oleh ajang ini, yaitu terangkatnya kebudayaan Indonesia sehingga seluruh dunia bisa tahu tentang keberagaman budaya yang ada di Indonesia ini. Namun disamping itu, ada pula keakulturasian budaya, yaitu takutnya budaya Indonesia yang tercampurkan dengan budaya Barat. Karena kita tidak bisa menafikan bahwa ajang ini memang awalnya berasal dari dunia Barat. Sehinnga anak negeri pun nanti nya akan lebih bangga dengan budaya-budaya dari barat, dari pada memperkenalkan budaya sendiri yang memang kebanyakan berawal dari dunia Timur.
Selanjutnya ada pendapat yang mengemukakan bahwa; “Bukankah dengan ajang ini akan terangkatanya kredibilitas seorang perempuan?” Memang kita tidak dapat memungkiri bahwa di ajang ini pun ada salah satu aspek yang diperhatikan yaitu dari segi Brain. Pengetahuan seorang perempuan akan diuji sejauh mana dia dapat mengetahui tentang hal-hal yang ada di dunia ini.
Disamping persoalan setuju atau tidaknya kita terhadap terselengaranya ajang ini, yang jadi persoalan lain yang juga harus kita pikirkan, bagaimana dapat menempatkan diri kita di zaman yang telah mengalami kekacauan moral ini, orang-orang  yang serasa tidak mempunyai rasa malu lagi sehingga mereka mau memperlihatkan aurat-aurat yang seharusnya hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu, namun ini diperlihatkan kepada seluruh dunia, bahkan sampai dijadikan penilaian oleh seseorang yang terlihat seperti seorang perempuan itu dijakadikan barang untuk dapat diperjual belikan.
Nah kalo kitapun mau setuju terhadap hal ini, kita harus melihat sisi kode etik keislaman yang tidak diperhitungkan. Dan jika kita tidak setuju pun, tolak lah hal itu dengan cerdas, bukan hanya sekedar umbar-umbar kesalahannya saja, karena hal itu hanya akan memperlihatkan kelemahan yang kita punya. Dan yang pasti kita sebagai seorang muslim jika kita melihat kemungkaran harus kita cegah, minimal dengan hati kita bahwa hal itu buruk dan harus senantiasa meminta kebaikan tersebar pada keburukan yang kita rasakan. Maksimalnya kita dapat merubah secara keseluruhan dengan memulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar.
*Ditulis Oleh : Silvia Sofi hartini ( Staff Ahli Bidang Kaderisasi dan Organisasi)
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top