.

.




A.    PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
Allah telah menurunkan ayat – ayat cinta-Nya dalam sebuah pedoman hidup berupa Al-Quran. Tiap butir ayat atau beberpa butir ayat yang dihimpun dalam satu surah pada Al-Quran mengandung makna – makna bagi kehidupan manusia, salah satunya pada Surat Al-Ashr.
Pada surat Al- Ashr yang hanya menyimpan tiga ayat Allah, seperti memiliki makna yang sangan mendalam, karena memakai sumpah dengan waktu. Adapakah dengan surat Al-Ashr ini? Hikmah apa yang Allah berikan lewat surat tersebut?
Manusia diciptakan Allah supaya menempati bumi, di bumi kita diberikan anugrah oleh-Nya berupa perhitungan waktu. Kehidupan manusia tidak akan terlepas dari waktu sampai ia mati.
b.      Perumusan Masalah
1.      Bagaimana teks mufrodat apa suratAL- Ashr ?
2.      Apa saja hukum tajwid yang digunakan pada surat Al- Ashr ?
3.      Bagaimana penafsiran dari surat Al- Ashr ?
4.      Bagaimana makna surat ini?
c.       Tujuan Perumusan Masalah
1.      Untuk mengetahui teks mufrodat apa suratAL- Ashr
2.      Untuk mengetahui hukum tajwid yang digunakan pada surat Al- Ashr
3.      Untuk mengetahui penafsiran dari surat Al- Ashr
4.      Untuk mengetahui makna surat ini.
B.     ISI
وَ الْعَصْرِ , اِنَّ الاِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ, اِلاَّ الَّذِيْنَ امَنُوْا وَ عَمِلُو الصَّلِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beiman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran. (Terjemaah Al-Quran Wanita, 2009: 601)
a.       Teks makna mufrodat
Berbuat atau bekerja
عَمِلُو(عَمِلَ- عَمَلاً)
Asar, zaman, kala, masa
الْعَصْرِ
Menjadi baik, patut
الصَّلِحَاتِ(صَلُحَ- صَلاَحًا)
Orang
الاِنسَانَ

تَوَاصَوْا
Kehilangan, menderita kerugian
خُسْرٍ(خَسِرَ- خَسْرًا)
Hak, benar
بِالْحَقِّ(حُقُوْق)
Percaya
امَنُوْا(امَنَ)
Sabar
بِالصَّبْرِ(صَبَرَ- صَبْرًا)
Dan (kata sambung)
و(حرف عطف)

Syara Mufrodat (Ahmad Musthofa Al-Maroghi, 2001: 380) :
1.       “ al-Ashr” : “Ad-dahru” (waktu yang panjang),
2.      “wal insaan” : adalah macam – macam makhluk
3.      “wal khusri wal khasraani” : berkurang, atau hilang kekuasaan harta,
4.      “wal haqq” :ialah hakikat tetapnya kecerdikannya, atau terang – terangan, atau syariat yang benar datang dari Nabi.
5.      “wa shabri” : kekuatan jiwa.
6.      “wa tawaashi bil haq” : pilihan sebagian mereka bukan jalan mengingkari pada kebaikan
7.      “wa tawaashi bi shabri” :
8.       
b.      Tajwid
Mad thobi’i
تَوَا
Mad thobi’i
اِلاَّ
Alif lam qomariyah
وَ الْعَصْر
Mad lin
صَوْا
Alif lam syamsiah
الّ
Tarkik
الْعَصْرِ
Alif lam qomariyah
بِالْ
Mad thobi’i
ذِيْنَ
Gunnah
اِنَّ
Mad thobi’i
تَوَا
Mad badal
ا
Alif lam qomariyah
الاِ
Mad lin
صَوْا
Mad thobi’i
نُوْا
Ikhfa
لاِن
Alif lam syamsiah
بِالصَّ
Alif lam syamsiah
لُو الص
Mad thobi’i
سَا
Qolqolah sugro
صَّبْرِ
Mad thobi’i
الصَّ
Mad thobi’i
لَفِيْ
Tarkik
رِ
Mad thobi’i
لِحَا
Tarkik
خُسْرٍ
 
c.       Penafsiran
1.      Tafsir Al- Maroghi
 “Al-Ashr” Sumpah kepada Tuhan kami dengan waktu. Dari hal tersebut memberi penjelasan dalil yang bergantung sampai pada hikmahnya dan luas ilmunya. Lihatlah pada perputaran malam dan siang dua tanda dari ayat Allah sebagaiman firmannya “wa min aayaatihil lailu wan nahaaru (QS. Fusilat: 37)” dan yang ada di dalam ayat ini : dari kesnangan dan kesulitan, sehat dan penyakit, kaya dan fakir, istirahat dan letih, sedih dan senang, dan lain – lain. Meminta petunjuk berpikir baik kepada yang menciptakan alam semesta dan mengaturnya. Dan dia mengharuskan menghadap kepadanya untuk ber ibadah,menghilangkan kesulitan dan membawa kebaikan, bahwasannya orang kafir cenderung buruk dalam hal waktu. (Ahmad Musthofa Al-Maroghi, 2001: 380)
2.      Tafsir ibnu katsir
Menyebutkan bahwasannya Umar bin Ash dan sunggguh musailamah berdusta Allah melaknat dan halite setelah rasulullah saw. Memberi dan menerima salam Umar, maka berkata kepadanya (rasulullah) Musailamah: apa yang turun kepada sahabat pada pembahasan ini? Maka beliau menjawab: sungguh menurunkan atasnya surah yang baik, maka dia berkata: apa itu? Maka beliau menjawab: (“Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang – orang yang beiman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”),maka Musailamah memikirkan sebentar kemudian berkata: dan sungguh telah menurunkan kepadaku sama seperti itu, maka berkata kepadanya Umar: dan apa itu? Maka beliau menjawab: Alangkah baiknya, sesungguhnya engkau rendah, kemudian bertanya: bagaimana engkau mengetahui itu wahai Umar? Maka menjawab kepadanya Umar: Demi Allah sesungguhnya kamu tahu sungguh aku lebih tahu sesungguhnya kamu berdusta. Dan sungguh aku melihat Abu Bakar Al-Khuroiti bersandar pada kitab ma’ruf “bimusaawiul akhlaaq”  pada juz 2. Dan al – wabir : merayap menyerupai kucing lebih besar padanya rendah dan yang tersisa tidak masalah, menyusun dari pembahasan ini diterangkan al-quran. Maka tidak mengharapkan hal itu terhadap patung pada zaman ini. Dan Ath-thobari menjelaskan dari jalan Hamad bin Salamahdari Tsabit bin Ubaidillah bin Hasni Abi Madinah ia berkata: keadaan dari seseorang sahabat Rasululloh apabila keduanya bertemu tidak terpisah kecuali membaca salah satu diantara keduanya dengan surat al-ashr sampai akhir, kemudian dengan salam salah satu diantara keduanya di akhirnya, dan berkata Syafe’i: kalaulah manusia berpikir tentang surat ini (al-ashr) .
Al-Ashr: waktu yang adapada gerak bani Adam dari kebaikan menuju kejelekan. Dan Malik telah berkata dari Zaid bin Aslam: dan masyhur  ungkapan Allaoh ta’ala atas “sesungguhnya manusia dalam kerugian”: yaitu kerugian yang sangat. “kecuali orang – orang beriman dan beramal shaleh” maka peniadaan dari jenis manusia dari kerugian orang – orang yang beriman dengan hati mereka dan beramal shaleh dengan anggota badan. “dan saling menginagatkan daalam kebenaran” adalah melaksanakan ketaatan, dan meninggalkan yang haram. “ dan saling menasehati dalam kesabaran” yaitu menyatukan kemampuan dan kesusahan dari yang memerintahnya.
3.      Tafsir Al-Misbah
Kata al- ashr terambil dari kata ashara, yakni menekan sesuatu hingga apa yang terdapat pada bagian terdalam dari padanya tampak kepermukaan atau keluar (memeras). Angina yang begitu keras yang memorakporandakan segala sesuatu dinamai isharl waktu. Tatkala perjalanan matahari telah melampoi pertengahan dan telah menuju kepada terbenamnya dinamai ashl asar. Penamaan ini  disebabkan ketika itu manusia yang sejak pagi telah memeras tenaga diharapkan mendapatkan hasil dari usaha – usahanya. Awan yang mengandung butir – butir air berhimpun sehingga karena beratnya ia harus mencucurkan hujan yang dinamai  al –mushirat.
Para ulama sepakat mengartikan kata ashr pada ayat pertama surah ini dengan waktu, hanya saja mereka benda pendapat, tentang waktu yang dimaksud. Ada yang berpendapat bahwa ia adalah waktu dimana masa ia melangkah dan gerak dan tertampung di dalamnya. Ada lagi yang menentukan waktu tertentu yakni waktu sholat ashar dapat dilaksanakan. Pendapat ketiga ialah waktu atau masa kehadiran nabi Muhammad dalam pentas kehidupan ini. Dapat dikatakan bahwa pada surat ini Allah bersumpah demi waktu dan dengan menggunakan kata asr untuk menyatakan bahwa demi waktu (masa) dimana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya, sesungguhnya ia merugi. Apapun hasil yang dicapainya itu, kecuali jika ia beriman dan beramal sholeh. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu ini, tetapi pasti akan disadari pada waktu ashar kehidupannya menjelang matahari hayatnya terbenam. Itulah agaknya manusia mengapa Tuhan memilih kata ashr untuk menunjukan kepada waktu secara umum.
Kata al-insan yang berarti manusia terambil dari akar kata yang berarti gerak atau dinamis, lupa, merasa bahagia. Ketiga arti ini menggambarkan sebagian dari sifat serta ciri khas manusia. Ia bergerak bahkan seyogyanya memiliki dinamisme, ia juga memiliki sifat lupa atau seyogyanya melupakan kesalahan orang lain serta ia pun merasa bahagia dan senang bila bertemu dengan jenisnya atau selalu berusaha memberi kesenangan dan kebahagian kepada diri dan makhluk-makhluk lainnya.
Kata al-insan yang mengambil bentuk makrifat menunjuk kepada jenis-jenis manusia tanpa kecuali, baik mukmin maupun kafir. Syeh Muhammad Abduh menambahkan bahwa manusia yang dimaksud pada ayat ini, walaupun bersifa umum, tidak mencakup mereka yang tidak mukallaf (tidak mendapat beban perintah keagamaan) seperti yang belum dewasa atau gila. Kata khusr mempunyai banyak arti, antara lain rugi, sesat, celaka, lemah, tipuan, dsb yang mengarah kepada makna negative atau tidak disenangi. Kata tersebut dalam ayat ini berbentuk nakiroh. Bentuk nakiroh itu memberikan arti keragaman dan kebesaran yakni kerugian serta kesesatan, kecelakaan, dsb.
Kata la fi adalah gabungan dari lam yang menyiratkan makna sumpah dan huruf fi yang mengandung makna wadah atau tempat. Dengan kata tersebut, tergambar bahwa seluruh totalitas manusia berada di dalam satu wadah kerugian.
Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi maka kita merugi, bahkan kalaupun diisi tetapi dengan hal negative maka manusia pun diliputi oleh kerugian. Nabi SAW yang memperingatkan manusia agar mempergunakan waktu dan mengaturnya sebaik mungkin. “dua nikmat yang sering dilupakan atau disia-siakan banyak manusia ialah kesehatan dan waktu.
Ayat yang lalu menegaskan bahwa manusia diliputi oleh kerugian yang besar dan beraneka ragam. Ayat yang mengecualikan mereka melakukan empat kegiatan pokok yaitu kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh yakni, yang bermanfaat, serta saling berwasiat tentang kebenaran dan berwasiat tentang kesabaran.
Iman adalah pembenaran hati atas apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad yang disimpulkan dalam rukun iman yang 6.
Kata amal digunakan oleh Al-Quran untuk menggambarkan penggunaan daya manusia, daya pikir, fisik, kalbu, dan daya hidup yang dilakukan dengan sadar oleh manusia dan jin.
Kata sholih termbil dari kata sholuha dalam Al-Quran sering dijelaskan sebagai lawan kata fasad. Dengan demikian kata sholih diartikan sebagai tiada berhentinya kerusakan. Kata ini diartikan juga bermanfaat dan sesuai. Amal sholeh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan terhenti atau menjadi tiada dengan dikerjakannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.
Kata tawashou terambil dari kata washo, wasiatan yang secara umum diartikan sebagai menyuruh secara baik. Berwasiat adalah tampil kepada orang lain dengan kata-kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia melakukan sesuatu pekerjaaan yang diharapkan darinya secara bersinambung.
Kata al-haqq berarti sesuatu yang mantap, tidak berubah. Apapun yang terjadi Allah adalah puncak dari segala yang haq karena dia tidak mengalami perubahan. Nilai – nilai agama juga haq karena nilai – nilai tersebut harus selalu mantap tidak dapat diubah – ubah. Sesuatu yang tidak berubah, sesuatu yang tidak berubah, bersifat pasti, dan sesuatu yang pasti menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.
Sabar adalah menahan kehendak nafsu demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik.
Uraian Al-Quran menyangkutkan kesabaran, yang daripadanya terihat betapa sifat ini sangat dibutuhkan oleh manusia, kapan dan dalam situasi apapun ia berada. Wajar jika mereka yang mengabaikan sifat ini walaupun telah mengamalkan ketiga hal tersebut masih belum memeroleh keberuntungan, masih berada dalam kerugian. Paling tidak seperempat totalitasnya.
Menurut surat ini iman, amal soleh, dan ilmu pun masih belum memadai.memang, ada orang yang merasa cukup serta puas dengan ketiganya, tetapi ia tidak sadar bahwa kepuasan itu dapat menjerumuskannya, ada pula yang merasa jenuh. Oleh sebab itu, ia perlu selalu menerima nasehat agar tabah, sabar, sambil terus bertahan bahkan meningkatkan iman, amal, dan pengetahuannya,
Demikian surah al-Ashr memberikan petunjuk bagi manusai. Sungguh pendapat Imam Syafi’I yang dikutip pada bagian awal dari uraian surah ini: “ kalaulah manusia memikirkan kandengan surah ini, sesungguhnya cukuplah ia mengjadi petunjuk bagi kehidupannya”.
4.      Tafsir Nurul Quran
Kata Ashr secara harfiah berarti “ menekan, menjepit”. Kemudian ia juga digunakan secara kiasan untuk arti “sore hari”, yang bermakan “urusan siang hari digulungke urusan sore hari”. Setelah itu, ashr digunakan dalam waktu yang mutlak, yang mana secara umum diartikan sebagai: rangkaian peristiwa dalam rangkaian sejarah manusia.
Beberapa pendapat para mufasir tentang surah ini?
a) beberapa dari mereka mengajukan pengertian waktu “sore hari” untuk ashar, dengan keterangan,  bahwa dalam sejumlah ayat lain dari dari Quran sebuah sumpah diambil dari permulaaan hari.
b) masa yang melengkapi periode sejarah manusia.
c) sebagian lagi menekan pada suatu bagian tertentu dari suatu masa
d) mufasir berpendapat, menempatkan ayat pertama ini dalam pengertian “manusia terpilih” yang merupakan “pemetik panen” dalam dunia perciptaan.
e) memsukan kata asar dalam ritus shalat sore (ashar) karena kedudukannya khusus diantara shalat wajib.

dalam menafsirkan ayat yang berada ditengah ini, Fakhr-Razi  menulis: “ salah seorang ulama terdahulu mengatakan, bahwa ia telah mempelajari alat ini dari seorang penjual es yang tengah berseru ‘Alangkah celakanya ia yang modalnya hilang.
Al-Quran mengadakan suatu program yang utuh berikut empat prinsip yang bisa membebaskan kita dari kerugian besar kehidupan dunia.
Prinsip pertama adalah iman yang membangun landasan aktifitas manusia. Sebab semua gerakan praktis yang ia miliki bersumber dari dokrin – dokrin dan teologisnya. Berbeda dengan hewan yang melakukan aktifitas berdasarkan potensi dan nalurinya.
Prinsip yang kedua menuju pada prodak berharga dari pohon keimanan, yaitu amal saleh.
Betapa luas dan ekspresifnya pengertian “amal saleh” itu! Benarlah bila dikatakan, sesungguhnya amal saleh bukan sekedar “perbuatan mulia”, seperti beribadan mahdhoh, berderma di jalam Allah, berjihad di jalan Allah dan mempelajari pengetahuan ketuhanan. Tapi ia juga mencakup setiap perbuatan mulia yang menjadi sarana guna diterapkan di jalan menuju kesempurnaan jiwa, perkembangan moral, kedekatan kepada Allah, dan kemajuan masyarakat manusia di semua bidang.
Prinsip ketigaialah ajakan umum kepada seluruh orang menuju kebenaran (al-haqq), sehingga seluruh anggota masyarakat disetiap generasi akan sepenuhnya mengetahuikebenaran dan melaksanakannya, serta tidak akan pernah melupakannya sepanjang hidup mereka. Dengan mengingat dan sibuk dengan kebaikan maka kebatilan akan ditinggalkan.
Istilah tawashau berdasar pada kata tawashi. Raghib mengatakan mengartikan istilah ini, dalam al-Mufrodat, sebagai “saling memerintah atau menganjurkan satu sama lain”.
Yang terakhir prinsip keempat, didasarkan pada kesabaran, ketabahan, dan saling memerintah kesabaran satu sama lain”. Disamping penghargaan terhadap semua pekerjaan baik, dalam praktiknya setiap orang mengalami kesulitan sehingga ia dituntut memiliki kesabaran dan keteguhan. Jika tidak, ia tidak akan pernah memutuskan dan melakukan penjagaan iman ataupun beramal saleh.jadi, penetapan dan pelaksanaan kebenaran oleh seseorang dan pemenuhannya dalam masyarakat adalah mustahil, kecuali dengan sebuah keputusan umum untuk tetap teguh dan tabah dalam menghadapi setiap masalah.
Sesungguhnya empat prinsip menuju keselamatan ini merupakan program terlengkap bagi manusia untuk mengamalkannya dalam kehidupan mereka. Karena itu, jelaslah sudah mengapa di dalam sejumlah hadits dikatakan bahwa para pengikut dan sahabat Nabi Muhammad biasa membaca surat al-Ashr ketika mereka bertemu atau sebelum mengucapkan “selamat tinggal” dan saling perpisah satu sama lain. Ternyata, mereka saling mengingatkan akan kandaungan dahsyat surat pendek ini.
5.      Tafsir Fi Zilalil Quran
Dalam surah pendek yang hanya terdiri atas tiga ayat ini, tercermin manhaj yang lengkap bagi kehidupan manusia sebagaimana yang dikehendaki islam. Tampaklah rambu – rambu tashowwur imani dengan hakikatnya yang besar dan lengkap dalam bentuk yang sejelas – jelasnya dan secermat – cermatnya.
Surah ini meletakkan dustur islami secara menyeluruh dalam kalimat – kalimat pendek juga mengidentifikasi umat islam dengan hakikat dan aktifitasnya dalam sebuah ayat, yaitu ayat ketiga dari surah ini. Hal ini adalah sebuah paparan singkat yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh selain Allah.
Hakikat besar yang ditetapkan surah ini secara total adalah bahwa dalam semua rentangan zaman dan perkembangan manusia sepanjang masa, hanya ada satu manhaj yang menguntungkan dan satu jalan yang menyelamatkan, yaitu majhd yang telah dilukiskan batas – batasnya dan diterangkan rambu – rambu jalannya oleh surah ini. Adapun yang berada diluar dan bertentangan dengannya adalah kesia- siaan dan kerugian.
Manhaj itu adalah iman, amalsholeh, saling menasehati untuk menaati kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.
Iman adalah hubungan wujud insani yang fana, kecil, dan tebatas dengan asal mutlak dan azali serta abadi yang menjadi sumber semesta. Karena itu, ia berhubungan dengan wujud yang berasal dari sumber itu, aturan – aturan yang mengatur alam semesta ini, dan kekuatan – kekuatan beserta potensi yang tesimpan di dalamnya. Dengan demikian, ia bias terlepas dari kungkungan dirinya sendiri yang kecil kelapangan semesta yang besar. Juga dari kekuatannya yang kecil kepada potensi alam yang tak diketahui dan dari keterbatasan manusianya pada masa berabad – abad yabg hanya kitetahui oleh Allih SWT.
Lebih dari itu hubungan iman dengan wujud insani ini memberikan kepadanya kekuatan, perkembangan dan kebebasaan.karena disamping semua semesta iman memberikan kesenangan terhadap rujud semesta dengan segala keindahan yang terkandung di dalamnya. Juga dengan semua makhluk yang ruhnya berlemah lembut dan saling berkasih saying dengan ruhnya sendifi. Dengan demikian, kehidupan adalah sebuah wisata dalam festival ilahi yang memberikan posisi kepada manusia dalm semua tempat dan kesempatan. 
Kehidupan imani adalah suatu kebahagiaan yang tinggi, dan kegembiraan yang indah. Ia juga merupakan kemesraan terhadap kehidupan dan alam semesta ini seperti kemesraan seseorang dengan kekasihnya. Karena itu kehidupan imani ini adalah sebuah keberuntungannya yang tiada bandingannya, dan kehidupan tanpa iman adalah kerugian yang tiada bandingannya pula. Pasalnya unsu – unsuriman sendiri merupakan unsur kemanusian yang tinggi dan mulia.
Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa membebaskan manusia dari penyembahan kepada selain-Nya. Juga akan menanamkan didalam jiwanya rasa kesamaan dengan semua hamba Allah. Karena itu ia tidak merendahkan dirinya kepada seorang pun, dan tidak menundukkan kepalanya kepada selain Tuhan Yang Maha Esa lagi Mahaperkasa. Sehingga ia merasakan kebebasan dan kemerdekaan yang hakiki sebagai manusia. Yakni, kebebasan yang bersumber dari hati nurani dan dari pandangannya terhadap hakikat yang realistis tehadap alam semesta.sesungguhnya hanya ada satu kekuatan dan sesembahan. Maka, kebebasan dan kemerdekaan diriyang sebenanya karena sangat logis dan rasional.
Rasa ketuhanan membingkai arahan yang darinya manusia meneima pandangan – pandangan, tata nilai, timbangan – timbangan, norma – norma, syariat, dan undang – undang-Nya. Juga segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah, lalu dengan alam semesta atau sesame manusia. Dengan demikian, hawa nafsu dan kepentingan pribadi tersingkir dari kehidupannya, lalu digantikan dengan syariat dan keadilan.
Percaya pada kemuliaan manusia dalam pandangan Allah akan dapat mengangkat pandangan manusia terhadap dirinya sendiri. Juga akan menebarkan dalam hatinya perasaan malu untuk melakukan sesuatu yang dapat meendahkan dirinya dari martabat yang tinggi ini. Ini adalah pandangan tertinggi manusia terhadap diinya bahwa ia adalah makhluk mulia di sisi Allah.
Kesadaran beakhlak adalah buah yang otomatis dan alami dai keimanan kepada Tuhan Yang Mahaadil, Maha Penyayang, Mahamulia, Maha Pengasih, lagi Maha Penyantun Tuhan yang benci kepada kebaikan dan tidak pad keburukan dan mengetahui penghianatan pandangan dan apa yang disembunyikan hati.
Iman adalah manhaj yang menyatukan berbagai macam amal dan perbuatan. Ia mengembalikannya kepada sistem yang sesuai dengannya, saling membantu dan berjalan bersamanya pada satu jalur. Semua itu dilakukan dalam gerakan yang sama, dengan motivasi yang sudah dimaklumi, dan dengan tujuan yang pasti.
Dunia orang beriman itu luas, lengkap, lapang, tinggi, indah, dan membahagiakan. Sedangkan, dunia orang nonmukmin tampak kecil, kerdil, rendah, hina, membingungkan, menyengsarakan, dan sangat merugikan.
Amal soleh merupakan buah alami bagi iman, dan gerakan yang didorong oleh adanya hakikat iman yang mantap di dalam hati. Jadi, iman hakikat yang aktif dan dinamis.apabila sudah bisa merealisasikan diri diluar dalam bentuk amal saleh. Inilah iman islami, yang tidak mungkin stagnan tanpa bergerak, dan tidak mungkin hanya bersembunyi tanpa menampakan diri dalam bentuk yang hidup diluar diri yang beriman. Apabila tidak bergerak dengan gerakan otomatis ini maka gerakan itu palsu atau telah mati. Tampak nilai iman bahwa ia adalah harakah (gerakan), amal, pembangunan, dan pemakmuran menuju Allah.
Umar Ibnul Khattab pernah berkata kepada Amr bin Ash, Gurbernur Mesir, ketika putra Amr memukul seorang Mesir sambil membanggakan kedudukan bapanya seraya berkata ‘ambillah ia dari anak orang – orang terhormat’. Lalu Umar menghukumnya seraya berkata, ‘sejak kapan kamu memperbudak manusia yang dilahirkan iunya dalam keaaadaan merdeka/
Karena itu, kaum muslimin tidak pelit dalam memberlakukan agama dan ilmu pengetahuannya, dan di dalam memberikan pendidikan kepada seseorang. Dalam memelihara kekuasaan, pemerintah dan keutamaan itu, mereka tidak melakukannya demi menjaga nasab, ras dan kebangsaaan. Tetapi hanya semata – mata agar Negara menjadi teratur, keadilan merata kepada semua hamba Allah, dan kemakmuran juga merata kepada semua warga, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. seluruh Negara dan semua hamba Allah dapat memperoleh manfaat dan kemaslahatannya dengan menerima kehadirannya.
Dibawah naungan dan pemerintah mereka, umat – umat dan bangsa – bangsa hingga yang dulu menjadi penjajah pun dapat memperoleh bagiannya dari agama, ilmju, pendidikan, dan pemerintahan, serta turut andil bersama bangsa Arab untuk membangun dunia baru. Bahkan, banyak diantara personal mereka yang mengungguli bangsa Arab dalam beberpa bidang. Ada pula diantara mereka yang menjadi iman – iman yang menjebatani bangsa arab dengan tokoh – tokoh muslimin dari kalangan fuqoha dan ahli hadits.
Manusia itu terdiri jasmani dan ruhani. Ia memiliki hati, pikiran, perasaan, dan anggota badan. Ia tidak akan dapat mencapai kebahagiaan, kesenangan, dan kemajuan yang seimbang dan adil sehingga seluruh potensi ini tumbuh dengan serasi dan seimbang dan diberi makan dengan makanan yang baik.tidak aka nada peradaban yang lebih baik kecuali dibimbing dengan keseimbangan beragama, moral, pikiran, dan fisik, yang dengannya manusia dengan mudah mencapai kesempurnaanya. Pengalaman menunjukankan bahwa hal ini tidak mungkin dapat dicapai kecuali dengan mantapnya kepemimpinan hidup dan keteraturan sisi – sisi peradaban diantara orang – orang yang percaya kepada ruh dan materi. Yakni, memadukan unsur rohani dan materi. Ornag – orang yang menjadi teladan yang sempurna dalam kehidupan beragama dan berakhlak, dan memiliki pikiran yang sehat dan cerdas, serta memiliki ilmu – ilmu yang benar dan manfaat.
Inilah sebagian masa – masa bahagia yang dialami manusia di bawah naungan dustur islami yang fondasinya telah dipasang oleh surah al- Ashr. Juga di bawah bendera keimanan yang dikibarkan oleh jamaah yang beiman, beramal soleh, saling menasehatiuntuk menaati kebenaran daling menasehati untuk menetapi kesabaran.
Hanya ada satu jalan keberuntungan, keselamatan, dan kebahagiaan, yang tidak terbilang dan tidak terbagi – bagi, yaitu jalan iman dan amal soleh. Jalan untuk menegakkan kaum muslimin yang saling menasehati untuk menaati kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran. Juga saling menjaga dan mendukung untuk memelihara kebenaran dengan berbekal kesabaran.
6.      Tafsir Al-Mizan
“wal ashr” sumpah dengan waktu dan nasab/ keturunan terkandung pada dua ayat yang berkaitan meliputi dua kerugian untuk pengaturan manusia kecuali bagi orang yang mengikuti kebenaran dan sabar dan mereka orang mumin yang melakukan amal shaleh, maksud dengan waktu, zaman nabi saw bangkitnya islam bersatu dalam kebahagiaan, dan nampak yang jelas dan bathil.
Dan dikatakan : yang dimaksud waktu ashar adalah ujung yang terpilih dari siang. Dari dalil yang mengatur ketuhanan dengan membelakangi siang dan menerima malam, dan perginya kemegahan penguasa matahari, dan dikatakan yang dimaksud sholat ashar adalah shalat pertengahan, yang paling utama pada hari, dan dikatakan antara malam dan siang keduanya waktu, dan dikatakan waktu merupakan suatu keajaiban pada peristiwa ketentuan Rabb-Nya.
Dan sungguh menjelaskan dari sebagian riwayat bahwasannya waktu itu menampakan AL-Mahdi baginya lengkap tampak kebenaran dan kebatilan.
“Innal insaana lafii khusrin” maksud jenis manusia, dan kerugian kurangnya kekuasaan harta. Ar-Roghib berkata: dan keturunan manusia, maka dikatakan : fulan merugi atas yang dilakukan, maka dikatakan: kerugian dalam perdagangan,
Dan isim tankir pada”khasara” untuk pengagungan dan memakai tanwin yaitu padamacam – macam dari kerugian, bukan kerugian harta dan kebodohan Alloh berfirman :”orang – orang yang rugi ialah orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat.” Ingatlah! Yang demikian itu kerugian yang nyata (QS.Az-Zumar:15)”
Firman Allah: “illal ladziina aamanuu wa ‘amilush shoolihaati” pengecualian dari jenis manusia yang ada pada kerugian, dan mereka pengecualian terlibat dengan iman dan amal shalih maka mereka percaya terhadap kerugian.
Dan kitab Allah menjelaskan bahwa manusia hidup kekal selamanya tidak terhenti dengan kematian, dan sesungguhnya kematian itu berpindah sebagaimna pada tafsir firman Allah “Untuk menggantikan kamu dengan orang –orang seperti kamu didunia membangkitkan kamu kelak diakhirat dalam keadaan tidak kamu ketahui(QS. Al-Waqi’ah: 61)” dan menjelaskan arah dari kehidupan ialah kehidupan dunia kehidupan berupa ujian, sifat arah akhirat adalah kehidupan akhirat selamanya dari kesenangan dan penderitaan.
Dan menjelaskan seluruhnya bahwa kehidupan penguasa harta bagi manusia menjadikan apa yang ada pada kehidupan akherat jika mengikuti kebenarandan beramal, dan jika mengikuti kejelekan maka berpaling dari iman dan amal shaleh maka akan rugi dan mengharamkan kebaikan.
Dan maksud iman kepada Allah dengan semua utusan-Nya dan beriman pada hari akhir maka sungguh nash ta’ala pada ketidak percayaann dengan sebagian rasulnya.
Dan nampak: “amilush shaalihaati” keterlibatan amal shaleh yang meliputi perlakuan, fasik meninggalkan sebagian yang shalih dari mu’min yang lazim keadaannya rugi lebih dari kerugian pada sisi kehidupan sebagaimana pada orang kafir menolak kebenaran kekal padan azabnya, dan kerugian pada sebagian sisi kehidupan seprti mu’min fasik yang tidak kekal di neraka dan berhenti azab dengan syafaat dan yang lainnya.
“watawaashou bil haqqi watawaa saubish shabri” saling menasehati dengan kebenaran adalah memelihara sebagian dengan haqq yaitu dengan mengikuti dan terus – menerus, mengikuti dengan keyakinan kebenaran dan amal, dan saling menasehati dengan benar luas dari urusan memerintah kebaikan dan melarang dari munkar, keyakinan yang menyeluruh dan mutlak isyarat terhadap amal shaleh.
Dan kalimat yang menjelaskan mereka saling menasehati dengan baik dan sabar setelah menyebutkan pembungkus terhadap iman dan amal shaleh dengan isyarat kehidupan hati yang melapangkan dada untuk islam karena Allah, maka bagi mereka penting pengkhususan yang sudah lengkep dengan nampaknya kekuasaan haq dan semangat atasmanusia sehingga mengikuti selamanya.
Dan sungguh sabar itu sabar terhadap ketaatan kepada Allah, dan sabar dari maksiat, dan sabar dari pengganti atas musibah dengan ketentuan dari Allah.
d.      Analisis Isi Kandungan Surat
Menurut Roni Nugraha (2001: 89 - 91) mengemukakan ada tiga pengertian yang terkandung pada “Al-Ashr”, yaitu :
1.      “Ad- Dahr” sebagaimana pendapat Ibnu Abbas. Dalam bahasa Arab, kta tersebut biasa digunakan untuk menunjukan pada suatu kenyataan yang berhubungan dengan keganasan penguasa berdarah dingin, sehingga pahlawan yang paling berani pun tak berani melawannya. Kekuatan destruktif al- ashr begitu nyata pad akhir eksistensi manusia. Kata “dahr” pun sering digambarkan sebagai binatang buas yang menggigit manusia dengan gigitan yang tajam.
2.      Dalam konteks masyarakat Arab pra islam waktu ashar merupakan waktu santai. Pada waktu tersebut mereka terbiasa duduk santai sambil bercakap – cakap membicarakan soal kehidupan dunia, cerita yang tidak bermakna yang berakibat sering ada pertukaran soal kehidupan dunia, dikutuklah waktu ashar. Dalam menanggapi telah turun bukti yang waktunya karna bukan waktunya tetapi panggung waktunya.
3.      Kata Al-Ashr diambil dari makna (berjalan cepat), waktu ashar begitu sempit nambun indah terpesona keindahan yang tidak membuat sadar. Ketika manusia bisa faham waktu ashr itu pengantar waktu malam dan yang membutuhkan penerangan.penerangan itu amal soleh.
Mafatitu Al-Ghaib, ketika menafsirkan surat Al-Ashr berkata: “ dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan menggunakan masa, sebab didalamnya terdapat keajaiban – keajaiban: padanya terdapat kebahagiaan dan kesengsaraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiakinan dan umur tidak dapat dinilai dengan sesuatu yang lain dalam hal nilai dan kemurahannya.”
Beberapa ayat dalam al-Quran memakai kata sumpah Allah dengan waktu seperti pada surat Al-Lail, Almudatsir, Ad-Dhuha, dan lain – lain. Bila dicermati ayat yang memakai sumpah dengan waktu memiliki urgensitas yang lebih tinggi.
Adapun penjelasan As-Sunah tentang urgensitas waktu ia lebih jelas dan tegas. Imam Bukhori, at-Tirmidzi dan Ibnu Majjah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas : “ada dua nikmat yang kebanyakan manusia merugi karena tak mampu memanfaatkan keduanya secara baik yaitu kesehatan dan waktu luang. (Abu Fattah Abu Ghuddah,2002: 44)
Pada hadits ini secara tersirat bahwa manusia tidak menyadari atas waktu yang dijalaninya atau tidak menyadari ni’mat yang Allah berikan sehingga mereka terjerumus dalam kerugian.
Kesungguhan para ulama salaf untuk memelihara waktu sangat luar biasa. Mereka sangat menghargai waktu. Kata mereka “salah satu tanda orang celaka adalah menyia – nyiakan waktu, dan waktu itu pedang, jika engkau tidak memanfaatnya maka ia akan memotongmu”. (Muhammad bin Syarah, 2006: 18).
Kata – kata waktu adalah “Ghairatun Qatilah” adalah bahwa pengaruh dan bekas yang ditinggalkan lewatnya waktu laksana bekas pembunuhan, sebab kerugian terlewatnya waktu adalah bersifat seperti membunuh. (Abu Fattah Abu Ghuddah,2002: 44)
Kata Hasan Bashri, “hai, anak Adam, engkau hanya sekumpulan hari – hari. Bila satu menit berlalu maka hilang pula bagian dirimu. Bila bagian itu hilang, maka akan hilang keseluruhannya, engkau menyadari itu, kerenanya berbuatlah.” (Muhammad bin Syarah, 2006: 18)
Hasan Al-Bana Sang murabbi dan Mursyid berkata: barabg siapa yang mengetahui hakikat waktu, maka ia telah mengetahui hakikat kehidupan dan waktu adalah kehidupan itu sendiri. (Abu Fattah Abu Ghuddah,2002: 185)
Abu Bakar Ibnu Iyasy pernah mengatakan, “ kalau satu dirham uangmu jatuh, pasti seharian orang akan berucap, innalillahi, hilang sudah uangku, padahal dengan terucap itu jelas membuat umur sia – sia. Mengapa ia tidak pernah menyesali ‘umurku hilang’. Namun begitu Allah punya hamba – hamba yang selalu bisa dan cepat memanfaatkan kesempatan, menjaga waktu dan mengisinya dengan kebaikan. (Muhammad bin Syarah, 2006: 18)
Begitu banyak ulama, penyair, dan ahli salaf yang mengungkapkan tentang urgensi waktu dengan menggunakan pengandaian, atau pun analogi terhadap sesuatu. Ketika banyak yang berbicara tentang waktu semakin banyak yang menyadari pentingnya waktu, karena waktu tidak akan dapat diulang kembali.
Khalil Abu Syadi (2007: 85) kehidupan manusia terbagi menjadi tidak fase, yaitu:
a)      masa lalu, ialaha masa yang telah terlewati
b)      masa sekarang dan masa yang sedang anda hadapi
c)      masa yang akan datang, ialah masa yang belum teralami.
Fase kehidupan ini dialami oleh semua manusia baik itu kafir atau mu’min, orang baik atau orang buruk, orang sehat atau orang sakit. Allahmemberikan waktu yang sama dalam sehari 24 jam kepada seluruh manusia. Namun, ada yang mendapatkan nilai berbeda – beda, sesuai penggunaaan jatah waktu yang diberikan.
Waktu akan bernilai tinggi jika dimanfaatkan dengan baik, sebaliknya waktu akan bernilai rendah jika kurang dimanfaatkan.
Pada surat Al-Ashr ini setelah Alloh bersumpah dengan waktu, “sesungguhnya manusia dalam kerugian” pada kata – kata ini menunjukan arti yang global, yaitu manusia sampai keturunannya. Diteruskan dengan sebuah pengecualian dengan empat hal “kecuali bagi orang beriman,beramal sholeh, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”. Sebuah pengecualian ini mengankat derajat empat perkara yang termasuk orang – orang beruntuk. Selain orang yang tidak melakukan empat hal yang menjadi pengecualian, maka termasuk orang yang mengalami kerugian karena tidak dapat membuat waktu menjadi bernilai tinggi.
Kata “saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran” menunjukan ada sebuah kesholehan sosial yang berarti tidak cukup hanya dilakukan oleh satu orang. Namun, minimal dua orang atau lebih. Keshalehan sosial memiliki makna bahwa selain membuat diri sendiri shaleh maka harus mengajar orang lain untuk berbuat shaleh juga. 
Jadi, kesimpulannya sebuah pesan berharga yang Alloh sampaikan melalui surat ini manusia harus menyadari atas perputaran waktu yang terjadi, dan harus dimanfaatkan. Manusia pun diberi pilihan oleh Alloh ingin menjadi manusia yang rugi atau beruntung. Allah telah memberikan jalan menuju pilihan yang akan dibawa oleh manusia selama di bumi.
Supaya kita terhindar dari menyia –nyiakan waktu dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik, mka harus mengetahui hal yang dapat mencuri waktu kita, menurut Atha Barakat (2008: 71) 10 hal pencuri waktu :
1.      agenda cara mendadak
2.      berbincang –bincang
3.      banyak rapat
4.      menunda – nunda
5.      banyak orientasi
6.      lemah wawasan
7.      tidak jelasnya skala prioritas
8.      tidak mau mengatakan ‘tidak’
9.      tidak ada perencanaan lemahnya semangat dan motivasi
e.   Proses Pembelajaran
1.      Tujuan
-          Anak dapat membaca Al-Ashr dengan baik dan benar.
-          Anak dapat menghafal surat Al-Ashr dengan baik dan benar.
-          Anak mengetahui makna kandungan surat Al-Ashr setelah diceritakan oleh guru.
2.      Pendekatan          : teacher center
3.      Metode                : latihan
4.      Media                  : Al-Quran dan kaset murotal (audio - visual)
5.      Evaluasi               :
-          Peserta didik di tes satu persatu cara membaca surat Al- Ashr
-          Peserta didik di tes satu persatu cara hafalan surat Al- Ashr
-          Peserta didik diberi pertanyaan mengenai kandungan surat tersebut.
C.     PENUTUP
Kesimpulan
Sebuah pesan berharga yang Alloh sampaikan melalui surat ini manusia harus menyadari atas perputaran waktu yang terjadi, dan harus dimanfaatkan. Manusia pun diberi pilihan oleh Alloh ingin menjadi manusia yang rugi atau beruntung. Allah telah memberikan jalan menuju pilihan yang akan dibawa oleh manusia selama di bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Maroghi, Ahmad Mustofa. 2001. Tafsir Al-Maroghi jilid 10. Daarul Fikri
Imam Hafidhz I’maaduddin Abi Fidaai ismaa’iil bin Katsir. 774 H. tafsir Quranil Adzim.
Nugraha, Roni. 2001. Dan Tuhan pun Bersumpah 1, Tafsir Ayat Sumpah Al-Quran. Arangda
Bin Sarrar Al-Yami, Muhammad. 2006. Menjadi Manusia Unggulan. Jakarta: Maghfiroh Pustaka.
Abu Syadi, Kholil. 2007. Memesan Kamar di Surga. Jakarta: Maktabah Abiyyu. 
Quthb, Sayyid. 2001. Tafsir Fi Zhilalil Quran. Jakarta: Gema Insan.
Shihab, M.Quraish. 2012. Tafsir Al-Misbah jilid 15. Jakarta: Lentera Hati.
Athoba Thoba’i, Al-Haidi Muhammad hiina. 1991.Tafsir Al-Quran/ Al-Mizan jilid 20.
Faqih Imani, Allamah Kamal. 2006. Tafsir Nurul Quran, Sebuah Tafsir Sederhana Menuju Cahaya Quran. Jakarta: Al-Huda.
Barakat, Atha. 2008. Jadikan Hidupmu 48 jam sehari.Jakarta: Khalifa
Abu Ghuddah, Abu Fattah. 2002. Nilai Waktu Dalam Pandangan Ulama. Solo: Pustaka Arafah
Q-Anes, Bambang. 2005. Exuse me Your Life s Waiting. Bandung: Mizan
Yunus, Mahmud. 1990.  Kamus Arab- Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung.
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top